- Back to Home »
- Meningkatkan Derajat Ibadah
Posted by : jalzae
Sunday, December 16, 2012
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S Al-Ankabut:45
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ibadah bagi umat muslim adalah suatu bentuk ketundukan dari Hamba kepada Allah S.W.T dan menentukan akhir yang baik atau burukkah bagi setiap individu, semua amal ibadah bersifat individual dan tidak ada campur tangan orang lain kecuali untuk amal ibadah yang bersifat “fardhu kifayah” dimana jika Sekelompok Muslim lain sudah melakukanya kita boleh melakukanya lagi jika ingin lebih baik dan tidak melakukanya apabila terdesak oleh situasi, dalam Din-ul Islam ini ibadah sbagai cerminan terhadap segala amal perbuatan ,aqidah dan tingkat keimanan seorang Hamba.
Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): “Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dimana ibadah inilah yang akan menjadi realisasi dari Akhlak,Cara Berpikir,Akidah seorang Muslim. Pahit getir kehidupan ini ada kalanya membuat semangat ibadah ini kendor,adakalanya juga kita berapi-api dalam berbadah, tapi namanya juga manusia, seringkali lupa dan khilaf atau bahkan mungkin keterlaluan. Manisnya ibadah adalah kunci dari semua permasalahan yang kita hadapi dalam kemalasan ibadah kita, bagaimana mendapatkanya, tentu saja mencari mengapa ibadah kita itu sulit meningkat dalam arti bahwa membuat ibadah yang berkesinambungan (istiqomah),teratur dan terkontrol dengan baik. Manisnya beribadah terhadap Allah S.W.T membuat kita rela melakukan demi mendapat rahmat dan rahimnya dengan segala cara ^^. Mari langsung cek mengapa kita sulit merasakan manisnya ibadah:
Alasan mengapa sulitnya meningkatkan derajat ibadah,
1. Iman yang makin melemah (Futur)
Futur, atau kondisi dimana melemahnya keimanan seorang karena suatu hal,bisa mengurangi kekhusuan dalam beribadah dan melunturkan keistiqomahan kita kepada Allah, ibarat Pisau tajam yang tidak diasah dan dipakai,maka ia akan berkarat dengan sendirinya. Banyak sekali akibat dari melemahnya iman , dan itu berlangsung begitu lama prosesnya seperti penyakit hingga bisa menyeret kita kepada keraguan akan Allah dan musyrik padanya ,Naudzubillah.
Untuk mengakali Futur inilah,maka kita harus membuat ibadah kita istiqomah,teratur ,dan menerapkan hemat dalam beribadah . Hemat dalam beribadah disini artinya sebagai memuncakkan kemampuan kita untuk beribadah kepada Allah dalam bentuk apapun, seperti menolong orang buta,mengasihi anak yatim dan lain-lain seperti hadits dibawah
Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah. (HR. Muslim)
Dan tidak henti-hentinya mengingat surga dan nerakanya ,mengingat kebesaran-kebesaranya ,mengingat ganjaran yang akan kita dapatkan nanti ^^.
2. Lemahnya ma’rifah kepada Allah
Ma’rifahtullah atau ma’rifah kepada Allah ataupun mengenal Allah juga mempengaruhi ibadah yang sehari-hari kita lakukan, dimana hasil dari ma’rifatullah ini akan kita setorkan kepada malaikat di alam kubur nanti berupa pertanyaan :
1. Siapa Tuhanmu?
2. Siapa Nabimu?
3. Apa Agamamu?
Dan belumlah kita patut berbangga sehingga kita bisa menjawab semua pertanyaan itu, mengenal Allah diharuskan secara Totalitas , mengimaninya dengan Cara beramal dan bukan membayangkan wujud “Fisik”nya karena Fikiran kita tak akan pernah bisa membayangkan fisiknya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (Ali ‘Imran: 190)
Cara beramal yang benar dengan mengenal Allah ada 2 :
1. Menjalankan seluruh perintahnya dan mematuhi sunnah nabinya
2. Meninggalkan segala laranganya tanpa banyak berdebat dan mengakalinya
Sehingga kita bisa menggapai “ihsan” yaitu kondisi yang merasa selalu diawasi olehNya dan karena ihsan itu sendirilah ibadah kita menjadi lebih baik dan lebih baik .
3. Dosa kecil yang sering kita tidak sadari
Dosa kecil pun menghalangi kita dalam beribadah,semisal sebuah debu yang menghalangi mata yang besar,dapat membuat mata kita membengkak merah atau iritasi . Dosa ini sama seperti dosa besar,dapat melalui dosa dari panca indera ataupun pikiran ataupun amalan yang “salah”.
Contohnya :menampakan secara tidak sengaja menampakan aurat (bagi wanita),sehingga membuat seorang laki-laki jatuh hati padanya dan mengganggunya ,kemudian lama-lamaan Syaiton menjadikanya seolah-olah benar dan berpacaran dengan tidak benar dst... Jadi diharapkanlah kita menjauhi dosa kecil maupun besar yg dapat menghalangi ibadah kita,hendaklah selalu bertaubat seperti Rasulullah yang banyak sekali waktunya untuk bertaubat .
Apalagi kita yang hanya hamba biasa tanpa bimbingan Wahyu ilahi. Hendaklah kita memperbaiki diri ini yang hina .
4. Nifaq atau ke-Munafikan
Dalam Al Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka yang tidak beriman namun berpura-pura beriman.
“ (1)Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (2)Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (3)Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Surah Al-Munafiqun 63:1-3)
Orang ,Munafik bukan hanya seperti hadits ... Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tandanya orang munafik itu ada tiga, iaitu: jikalau ia berbicara berdusta, jikalau ia berjanji menyalahi dan jikalau ia dtpercaya berkhianat." (Muttafaq 'alaih)
Namun dalam bentuk nyata,3 sifat itu dapat memunculkan sifat yang lebih mengerikan,seperti malasnya beribadah,keraguan akan akidah ,sehingga bisa menjerumuskan dalam Futur.
Dari Ibnu Mas'ud r.a.,katanya: "Barangsiapa yang senang kalau menemui Allah Ta'ala besok - pada hari kiamat - dalam keadaan Muslim, maka hendaklah ia menjaga shalat-shalat fardhu ini di waktu ia dipanggil untuk mendatanginya - yakni jika sudah mendengar azan, sebab sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabimu semua s.a.w. beberapa jalan petunjuk dan sesungguhnya shalat-shalat itu adalah termasuk sebahagian dari jalan-jalan petunjuk tersebut. Andaikata engkau semua sama bersembahyang dalam rumah-rumahmu sendiri sebagaimana shalatnya orang yang suka meninggalkan jamaah itu, yakni yang bersembahyang dalam rumahnya, nescayalah engkau semua telah meninggalkan sunnah Nabimu, selanjutnya jikalau engkau semua telah meninggalkan sunnah Nabimu, maka nescayalah engkau semua tersesat. Sungguh-sungguh saya telah melihat sendiri bahawa tidak ada seorang pun yang suka meninggalkan shalat-shalat - itu dengan berjamaah -melainkan ia adalah seorang munafik yang dapat dimaklumi ke-munafikannya. Sungguh ada pula seseorang itu yang didatangkan untuk menghadhiri shalat jamaah itu, ia disandarkan antara dua orang lelaki sehingga ia ditegakkan di dalam saf - kerana ia mengetahui betapa besar fadhilahnya shalat berjamaah itu." (Riwayat Muslim)
Sekian inilah yang dapat saya sampaikan . Jika ada kesalahan pastilah karena saya manusia biasa yang selalu ditmpatkan pada kesalahan dan hanya Allah yang benar dan Maha Tinggi dengan segalanya sifat-sifatnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.